NILAI π(Pi) BY ARCHIMEDES
SEJARAH NILAI π(Pi)
Archimedes (287 SM –
212 SM) adalah ahli matematika dan penemu dari Yunani yang terkenal.Archimedes adalah
seorang astronom, matematikawan, filsuf, fisikawan, dan insinyur berbangsa
Yunani. Archimedes menemukan nilai π ketika terdapat permasalahan saat
ingin mengetahui panjang lingkaran luar atau yang kita ketahui dengan keliling
lingkaran yang tidak diketahui panjangnya berapa. Ingat
bahwa K atau keliling lingkaran berdiameter 1. Dengan menggunakan lambang
bilangan yang diperkenalkan oleh William Jones, bilangan K adalah bilangan 𝜋 yang nilainya mendekati
3,14. Archimedes pun penasaran ingin mengetahui berapa nilai 𝜋 yang merupakan
perbandingan keliling lingkaran dan diameternya. Dengan menggunakan segi-96
beraturan “yang memuat lingkaran”, Archimedes memperoleh taksiran 𝜋 < 22/7 .
Langkah-langkah yang
dilakukan Archimedes untuk memperoleh taksiran nilai 𝜋 adalah sebagai
berikut :
v Dimulai
dengan segi-enam beraturan yang memuat lingkaran (berjari-jari r sembarang),
Acrhimedes mendapatkan bahwa π < 2√3 ≈ 530/153 (hampiran nilai √3 ≈ 265/153
dapat diperoleh dengan Algoritma Euclid, yang sudah dikenal oleh matematikawan
Yunani Kuno saat itu).
v Selanjutnya,
dengan membagi dua sudut pada puncak segitiga dalam segi-enam beraturan, Archimedes menaksir keliling lingkaran dengan keliling segi-12 beraturan yang
memuat lingkaran. Dengan menggunakan kesebangunan dua segitiga dan perhitungan
perbandingan panjang sisi-sisi segitiga yang terlibat dengan teliti, Archimedes
mendapatkan taksiran yang lebih halus, yaitu 𝜋 < 12 × 153/571 = 1.836/571.
v Ia
kemudian membagi dua lagi sudut pada puncak segi-12 beraturan untuk memperoleh
segi-24 beraturan dan, dengan perhitungan yang lebih rumit, ia pun mendapatkan
taksiran berikutnya, yaitu 𝜋
< 24 × 153/1.162,125. Perhatikan betapa Archimedes tidak ingin mengabaikan
nilai 0,125 yang sama dengan 1/8 dalam perhitungannya, guna mendapatkan
taksiran yang teliti untuk 𝜋.
v Langkah
yang serupa dilakukan lagi dan lagi oleh Archimedes, sehingga ia memperoleh
taksiran untuk 𝜋
melalui segi-48 beraturan, yaitu 𝜋
< 48 × 153/2.334,25, dan akhirnya melalui segi-96 beraturan, 𝜋 < 96 ×
153/4.673,5 = 22/7.
Algoritma pertama (sekitar 250 SM)
yang tercatat untuk menghitung nilai π adalah melalui pendekatan geometri
menggunakan poligon. Archimedes menghitung batas atas dan batas bawah π dengan menggambar
poligon di luar dan di dalam sebuah lingkaran, dan secara perlahan melipat
gandakan sisi-sisi poligon-poligon tersebut sampai 96-gon. Dengan menghitung
keliling poligon-poligon tersebut Archimedes membuktikan bahwa 3,1408 < π < 3,1429.
Archimedes masih melanjutkan menaksir nilai 𝜋 “dari sebelah
kiri”, dengan menggunakan segi 96 beraturan “di dalam lingkaran”. Dalam hal
ini, ia memperoleh taksiran 𝜋
> 223/71. Dengan hasil ini, Archimedes menyimpulkan bahwa 223/71 < 𝜋 < 22/7. Bila
kita kemudian menganggap 𝜋
≈ 22/7, maka kesalahan perhitungan dalam penaksiran ini takkan lebih daripada
22/7 – 223/71 ≈ 0,002. Archimedes menuliskan hitung-hitungan di atas dalam
papernya yang berjudul “Pengukuran pada Lingkaran” [T.L. Heath
(ed.) (1953), The Works of Archimedes].
Karya Archimedes kemudian menginspirasi banyak
matematikawan generasi berikutnya untuk menaksir nilai bilangan 𝜋 dengan
ketelitian yang lebih tinggi.
v Claudius
Ptolemy (~85–165 M), astronom dan ahli Geografi dari Alexandria, berhasil memperoleh
taksiran 𝜋
≈ 377/120 ≈ 3,14166. Nilai taksiran ini di - perolehnya dengan menggunakan segi
360 beraturan dan taksiran √3 ≈ 1,73205.
v Sejak
awal abad ke-1, para matematikawan Tiongkok kuno telah menggunakan taksiran 𝜋 ≈ 3,1547.
v Sekitar
tahun 265, Liu Hui menggunakan segi 3072 beraturan dan mendapatkan taksiran 𝜋 ≈ 3,1416.
Taksiran ini diperoleh Liu Hui dengan melanjutkan hitung-hitungan Archimedes
dari segi 96 ke segi 192, segi 384, segi 768, segi 1536, dan akhirnya segi 3072
beraturan, tentunya dengan ketekunan 59 yang luar biasa.
v Pada
tahun 480-an, Zu Chongzi menggunakan segi 12288 beraturan dan memperoleh
taksiran 𝜋
≈ 355/113 ≈ 3,1415929. Dengan hasil ini, Zu Chongzhi telah menaksir nilai 𝜋 dengan tepat
hingga 6 angka di belakang koma.
v Di
India, seorang astronom bernama Aryabhata menggunakan taksiran 𝜋 ≈ 3,1416 dalam
suatu perhitungan yang ia abadikan dalam bukunya pada tahun 499 M.
v Pada
tahun 1430-an, Al-Khwarizmi atau yang dikenal Al-Khasi, yang berasal dari
Persia, menghitung nilai bilangan 𝜋
dengan tepat hingga 15 angka di belakang koma. Hasil ini diperolehnya dengan
sangat ulet, menggunakan segi 6×227 beraturan. Taksiran Al-Khasi tak tertandingi
hingga akhir abad ke-16.
v Matematikawan
Belanda Ludoplh van Ceulen menghitung nilai 𝜋
dalam bentuk desimal dengan tepat hingga 34 angka di belakang koma.
v Pada
tahun 1630, Christoph Grienberger, seorang astronom dari Austria, berhasil
menghitung nilai 𝜋
dengan tepat hingga 37 angka di belakang koma. Seperti halnya Archimedes, Zu
Chongzhi, dan AlKhasi, Ceulen dan Grienberg menggunakan segi banyak beraturan
untuk memperoleh taksiran tersebut.
v Pada
abad ke-17, tepatnya pada tahun 1660-an, Isaac Newton, seorang matematikawan
dan fisikawan dari Inggris, menghitung nilai 𝜋 dengan tepat hingga 15 angka
(termasuk angka 3 di depan koma), tetapi dengan menggunakan metode yang
berbeda. Sebelumnya, Gottfried Wilhelm Leibniz, matematikawan dari Jerman,
menemukan rumus deret fungsi arctan x = x − x3 /3 + x5 /5 − x7 /7 + x9 /9 − … Dengan
mensubstitusikan nilai x = 1 ke dalam deret di atas dan fakta bahwa arctan 1 = 𝜋/4,
Leibniz memperoleh deret bilangan 𝜋/4
= 1 − 1/3 + 1/5 − 1/7 + 1/9 − 1/11 + … , yang juga telah diketahui oleh
matematikawan India bernama Madhava pada abad ke-14. Menggunakan deret di atas,
kita dapat menghitung (atau menaksir) nilai 𝜋,
dengan ketelitian yang diinginkan. Semakin banyak suku deret yang dipakai untuk
menaksir nilai 𝜋,
semakin teliti taksiran yang diperoleh. Sayangnya, untuk x = 1, deret di atas
konvergen dengan ‘sangat lambat.’ Untuk mendapatkan ketelitian hingga 4 angka
di belakang koma, misalnya, kita harus menggunakan 5000 suku. Newton kemudian
menggunakan rumus deret serupa tapi konvergen lebih cepat daripada deret
Leibniz, yaitu π/24 = √3/32 +(1/3 ∙ 8 – 1/5 ∙ 32 – 1/7 ∙ 128 – 1/9 ∙ 512 − ⋯
),
v Pada
tahun 1706, seorang matematikawan Inggris yang bernama John Machin berhasil menghitung
nilai bilangan 𝜋
dengan tepat hingga 100 angka (termasuk angka 3 di depan koma). Machin
mendapatkan hasil tersebut dengan menggunakan rumus 𝜋/4 = 4 ∙ arctan
1/5 − arctan 1/239 dan deret Leibniz untuk arctan x, dengan x = 1/5 dan x =
1/239, yang konvergen lebih cepat daripada deret untuk arctan 1, dengan
menggunakan tiga suku saja, kita peroleh taksiran 𝜋 ≈ 16(1/5 –
1/375) – 4/239 ≈ 3,14
v Pada
tahun 1853, William Shanks menggunakan rumus Machin untuk menaksir nilai 𝜋 hingga 707
angka.
v Namun,
pada tahun 1945, Daniel F. Ferguson menemukan bahwa hasil Shanks ternyata hanya
benar untuk 527 angka. Dengan menggunakan rumus 𝜋/4 = 3 ∙ arctan 1 4 + arctan 1 20 +
arctan 1 1985
v Ferguson
berhasil menghitung nilai 𝜋
dengan tepat hingga 710 angka pada tahun berikutnya. Taksiran tersebut
diperoleh Ferguson secara manual, dengan bantuan sebuah kalkulator mekanis.
Memasuki
era komputer, perhitungan nilai bilangan 𝜋
berlanjut semakin seru.
v Pada
tahun 1949, nilai 𝜋
dapat dihitung dengan tepat hingga 2000 angka.
v Seiring
dengan perkembangan komputer, rekor ini diperbaiki menjadi 10.000 angka pada
tahun 1958
v Kemudian
menjadi 100.000 angka pada tahun 1961, atas nama John Wrench dan Daniel Shanks,
keduanya dari Amerika Serikat.
v Pada
tahun 1973, Jean Guilloud dan Martine Bouyer, dua matematikawan dari Perancis,
berhasil menghitung nilai 𝜋
dengan tepat hingga 1 juta angka dengan menggunakan rumus 𝜋/4
= 12 ∙ arctan 1 18 + 8 ∙ arctan 1 57 − 5 ∙ arctan 1 239, dan tentunya dengan
bantuan komputer yang lebih baik.
v Pada
tahun 1987, rekor perhitungan nilai 𝜋
telah mencapai 16 juta angka, dengan menggunakan rumus yang berbeda.
v Pada
tahun 2002, Yasumasa Kanada dan beberapa koleganya dari Universitas Tokyo,
membukukan rekor dengan 1,2411 triliun angka. Rekor ini bertahan selama tujuh
tahun.
v Pada
tahun 2010, Shigeru Kondo (insinyur dari Jepang) dan Alexander Yee (ahli
komputer dari Amerika Serikat) berhasil menghitung nilai 𝜋 hingga 5 triliun
angka, dan tiga tahun kemudian mereka mencetak rekor baru dengan 12,1 triliun
angka.
𝜋 ≈3,14159265358979323846264338327950288419716939937510582097494459230781640286208998628034825342117067082148086513282306647093844609550582231725359408128481117450284102701938521105559644622948954930381964428810975665933446128475648233786783165271201909145648566923460348610454326648213393607260249141273724587006606315588174881520920962829254091715364367892590360011330530548820466521384146951941511609433057270365759591953092186117381932611793105118548074462379962749567351885752724891227938183011949129833673362440656643086021394946395224737190702179860943702770539217176293176752384674818467669405132000568127145263560827785771342757789609173637178721468440901224953430146549585371050792279689258923542019956112129021960864034418159813629774771309960518707211349999998372978049951059731732816096318595024459455346908302642522308253344685035261931188171010003137838752886587533208381420617177669147303598 2534904287554687311595628638823537875937519577818577805321712268066130019278766111959092164201989380952572010654858632788659361533818279682303019520353018529689957736225994138912497217752834791315155748572424541506959508295331168617278558890750983817546374649393192550604009277016711390098488240128583616035637076601047101819429555961989467678374494482553797747268471040475346462080466842590694912933136770289891521047521620569660240580381501935112533824300355876402474964732639141992726042699227967823547816360093417216412199245863150302861829745557067498385054945885869269956909272107975093029553211653449872027559602364806654991198818347977535663698074265425278625518184175746728909777727938
Konsep 𝜋 cukup sulit dijelaskan karena nilai 𝜋 yang merupakan bilangan irasional tanpa akhir yang jelas, dan tidak memiliki pola atau pengulangan pada angka desimalnya. Untuk perhitungan dasar nilai 𝜋 dalam desimal pada umumnya cukup dituliskan 3,14 atau 22/7 karena mendekati nilai 𝜋.
Konsep 𝜋 cukup sulit dijelaskan karena nilai 𝜋 yang merupakan bilangan irasional tanpa akhir yang jelas, dan tidak memiliki pola atau pengulangan pada angka desimalnya. Untuk perhitungan dasar nilai 𝜋 dalam desimal pada umumnya cukup dituliskan 3,14 atau 22/7 karena mendekati nilai 𝜋.
Pada lingkaran, 𝜋 merupakan rasio keliling lingkaran dengan
diameternya. Oleh karena itu apabila kita ingin memeriksa suatu objek berbentuk
lingkaran sempurna atau tidak, maka kita dapat membagi keliling dengan
diameternya. Sebuah lingkaran sempurna akan memiliki hasil pembagi yang mendekati
nilai 𝜋. Kita juga dapat menggunakan
nilai 𝜋 dengan jumlah desimal yang lebih
banyak. Perhitungan dalam menggunakan nilai phi dalam lingkaran:
1) Jika nilai jari-jari atau diameter
lingkaran merupakan kelipatan 7 maka akan lebih mudah jika menggunakan π
yang 22/7.
2) Jika nilai jari-jari atau diameter
lingkaran merupakan kelipatan 10 maka tentu akan lebih mudah jika menggunakan
3,14 sebagai nilai π.
Pi banyak digunakan dalam perhitungan
matematika seperti rumus-rumus trigonometri dan geometri, terutama yang menyangkut
lingkaran, elips, dan bola. Nilai π juga banyak ditemukan pada rumus-rumus bidang ilmu lainnya
seperti kosmologi, teori bilangan, statistika, fraktal, termodinamika,mekanika,
dan elektromagnetisme.
Penggunaan nilai 𝜋 pada
materi lingkaran :
1. Sebuah lingkaran yang
berdiameter 22 cm dan mempunyai keliling 69 cm. Hitunglah 𝜋!
Penyelesaian :
d = 22 cm ; K = 69 cm
𝜋 = K : d = 69 cm : 22 cm = 3,13636363636
𝜋 = K : d = 69 cm : 22 cm = 3,13636363636
2. Sebuah lingkaran yang
berjari-jari 5,75 cm dan mempunyai keliling 36 cm. Hitunglah 𝜋!
Penyelesaian :
r = 5,75 cm ; K = 36 cm
𝜋 = K : d = 36 cm : (2x5,75 cm) = 3,13043478261
Referensi :
Referensi :
Gunawan,
H. (2015). Archimedes dan Taksiran bilangan phi . Bersains , 7.
http://www.amazine.co/26528/apa-itu-pi-sejarah-penemu-konsepnya
http://sahabatanakcerdas.blogspot.co.id/2012/01/sejarah-penemuan-nilai-phi.html
CONTOH LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK(LKPD)
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
CONTOH LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK(LKPD)
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
MATA PELAJARAN : MATEMATIKA
KELAS : VIII
KELAS : VIII
MATERI : LINGKARAN
ALOKASI WAKTU : 20 MENIT
A. PETUNJUK BELAJAR
1. Cermati informasi pendukung yang diberikan.
2. Kerjakan semua soal secara berkelompok.
B. KOMPETENSI DASAR
3.6 Mengidentifikasi unsur, keliling, dan luas dari lingkaran.
C. INDIKATOR
3.6.1 Mengidentifikasi unsur-unsur dari lingkaran
3.6.2 Menentukan keliling lingkaran
3.6.3 Menentukan luas lingkaran
D. INFORMASI PENDUKUNG
